Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan jika deradikalisasi sudah melibatkan eks Napi Teroris. (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)
Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan jika deradikalisasi sudah melibatkan eks Napi Teroris. (ANTARA FOTO/Septianda Perdana)

Medan, IDN Times - Upaya deradikalisasi terus dilakukan pemerintah untuk menghempang paham teroris. Bentuknya berbagai macam.

Namun yang sering dilakukan adalah lewat dialog-dialog terbuka. Isinya soal ideologisasi Pancasila.

Kementerian Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Mohammad Mahfud MD juga melakukannya. Teranyar, dia menjadi pembicara soal deradikalisasi di Kampus UIN Sumut dalam peringatan Dies Natalis UIN Sumut dan peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, Selasa (26/11).

1. Pelibatan eks Napiter sudah dilakukan untuk deradikalisasi

Menko Polhukam Mohammad Mahfud MD berkomentar soal deradikalisasi di kalangan millennial (IDN Times/Prayugo Utomo)

Kata Mahfud, upaya deradikalisasi juga melibatkan eks Napi Teroris (Napiter). Seperti Ali Imron, pelaku bom Bali 2002 silam. Ali Imron kerap menjadi pembicara deradikalisasi dalam sejumlah acara.

“Yang lalu ada Ali Fauzi juga dilibatkan oleh polisi untuk berceramah sendiri bahwa terorisme itu bahaya dan tidak menguntungkan siapapun," jelasnya.

2. Mahfud juga minta mantan pelaku bisa menyadarkan yang lainnya

(Ilustrasi) IDN Times/Sukma Shakti

Dia juga kembali meminta agar para eks Napiter bisa berkontribusi dalam deradikalisasi. Pembinaan terhadap para eks Napiter juga terus dilakukan.

“Jadi dibina kemudian yang sudah sadar diminta untuk menyadarkan yang lain,” pungkasnya.

3. Deradikalisasi belum maksimal ke sarang teroris

ilustrasi bom, ilustrasi teroris

Sebelumnya, eks mentor Jihadis Khairul Ghazali mengatakan jika pemerintah belum maksimal melakukan deradikalisasi. Proses kontra radikalisme itu belum menyasar hingga akar rumput bahkan ke sarang teroris itu sendiri.

Kegiatan deradikalisasi dianggap hanya menyasar pada kelompok mapan yang sudah kenal soal nasionalisme.

Pemberdayaan eks Napiter juga belum maksimal. Itu dibuktikan Ghazali dengan 40 eks Napiter yang ada di Medan. Kata dia, kehidupan mereka memprihatinkan.

“Harusnya diberdayakan. Kalau perlu diberi kantor seperti unit usaha. Mereka harus jadi garda terdepan sosialisasi bahaya radikalisme. Jadi mereka juga disibukkan agar tidak ada peluang kembali lagi. Ini yang tidak dilakukan pemerintah. Baik di pusat ataupun daerah,” ungkap Pimpinan Pesantren Al Hidayah itu.

Editorial Team