Tapanuli Tengah, IDN Times - Peristiwa memilukan terjadi di Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Seekor Penyu Belimbing mati disembelih oleh warga, Minggu (29/12).
Peristiwa ini membuat para pegiat satwa dilindungi berang. Karena satwa bernama latin Dermochelys Coricea itu dilindungi karena jumlahnya yang terus berkurang.
Ketua Kelompok Konservasi Pantai Binasi Budi Sikumbang memberi pernyataan keras. Mereka mengecam tindakan biadab itu.
Awalnya, mereka mengetahui ada penyu yang ditangkap oleh mantan kepala desa setempat. Lalu dijual Rp25 ribu per kilogram kepada warga di Desa Sosorgadong, Kecamatn Sosorgadong, Tapanuli Tengah.
“Katanya pas mau bertelur ditangkap, lalu dijual ke warga di sini (Desa Sosorgadong) dengan harga Rp25 ribu per kilogram," kata Budi, Senin (30/12).
Penyu nahas itu berukuran panjang 2,13 meter dan lebar 1,25 meter. Beratnya diperkirakan lebih dari 200 Kg.
Sekretaris Komunitas Menjaga Pantai Barat (Komantab) Prima Pohan menyesalkan konflik Penyu masih terjadi, bahkan menyebabkan Penyu langka berjenis Belimbing menjadi korban.
"Kita berharap agar ada tindakan tegas atas konflik ini, upaya pencegahan berarti belum maksimal, dan masyarakat belum mendapat pemahaman yang paripurna soal Penyu dan keterancamannya," kata Prima.
Konflik penyu dan manusia di Tapanuli Tengah bukan kali ini saja terjadi. Beberapa waktu lalu, 3 kali kejadian sempat terekspose, di mana 2 ekor Penyu berhasil diselamatkan sementara 1 ekor lainnya juga mengalami nasib nahas. Warga memakan penyu itu.
Penyu Belimbing merupakan jenis penyu raksasa dan satu-satunya jenis dari suku Dermochelyidae yang masih hidup. Penyu ini merupakan yang terbesar di dunia dan merupakan reptil keempat terbesar di dunia setelah tiga jenis buaya.
Penyu belimbing dikenal oleh beberapa masyarakat dengan sebutan penyu raksasa, kantong atau mabo.