Menurut Akhmad, mayoritas warga Sumatera Utara menilai pemberian uang di luar ketentuan ketika berhubungan dengan dengan instansi pemerintah, baik untuk memperlancar suatu proses atau sebagai 'uang terima kasih' sebagai hal yang tidak wajar (62%).
Dalam dua tahun terakhir, angka ini stagnan.
Akan tetapi, cukup banyak (30%) yang menilai “wajar”.
"Warga di Sumatera Utara memiliki toleransi terhadap pemberian uang yang relatif sama dengan publik di tingkat nasional," ungkapnya.
Mengenai nepotisme, penilaian warga cukup terbelah antara yang menilai negatif dan positif. Penilaian negatif yaitu 32% menganggap tidak etis dan 16% kejahatan. Penilaian positif adalah 30% menganggap normal dan 11% tindakan yang perlu untuk memperlancar proses.
Pada umumnya, warga di Sumatera Utara mengaku tidak pernah menyaksikan korupsi atau suap, demikian pula orang yang mereka kenal secara pribadi (72%). Hanya sekitar 5% pernah menyaksikan dan 7% pernah diceritakan oleh orang yang menyaksikan korupsi.
Akan tetapi, sebetulnya warga cukup berpengalaman berhubungan dengan pegawai pemerintah dalam berbagai layanan publik dan dalam berhubungan tersebut juga terlibat pungli dan gratifikasi dengan derajat yang bervariasi. Hal ini kembali menunjukkan bahwa korupsi masih dipahami sebagai sesuatu yang terjadi di pusat, melibatkan kasus-kasus besar saja.
Sementara suap atau gratifikasi yang dialami warga dalam hubungan dengan pegawai pemerintah dianggap bukan korupsi.
Dalam setahun terakhir, warga paling banyak berurusan dengan petugas pemerintah untuk mengurus kelengkapan administrasi publik (KTP, KK, Akta Kelahiran), memperoleh layanan kesehatan, berurusan dengan pihak sekolah negeri, dan berurusan dengan polisi.
Dalam berurusan dengan pemerintah, probabilitas diminta uang/hadiah di luar biaya resmi paling besar ketika berurusan dengan polisi, kemudian ketika mencari kerja di lembaga pemerintah, dan ketika mengurus kelengkapan administrasi. Sementara probabilitas warga secara proaktif memberi suap tanpa diminta paling banyak ketika mencari kerja di lembaga pemerintah, mengurus kelengkapan administrasi, dan berurusan dengan polisi.
Baik karena diminta maupun tidak, lebih banyak warga yang memberi uang karena alasan kecepatan pelayanan. Namun, ketika memberi tanpa diminta, cukup banyak pula yang beralasan untuk memberi sedekah kepada petugas dan karena sudah terbiasa.